Belajar dari Qabil dan Habil
oleh: Arif Munandar*
Ibunda Hawa istri Ayah manusia Adam As melahirkan dua kali anak kembar.
Yaitu Qabil dan saudarinya serta Habil dan saudarinya.
Mereka tumbuh dalam asuhan kedua orang tuanya.Kedua putranya merasakan nikmatnya kehidupan dan masa muda yang kuat.Sedangkan kedua putrinya tumbuh dengan kecenderungan kewanitaannya.Kedua putranya mulai bekerja mencari penghidupan. Qabil sebagai petanidan Habil sebagai penggembala.Dua bersaudara mendapatkan kemudahan hidup dan ma'isyah.
Keluarga ini pun diliputi rasa aman dan berkecukupan.
Seiiring berjalannya waktu dan usia, keduanya memiliki dorongan kelaki-lakian yang kuat,
yaitu dorongan memiliki pasangan hidup untuk mendapatkan sakinah dan ketenteraman jiwa dengan pasangannya.
Hasrat jiwa keduanya begitu menggebu.
Mencari jalan keluar yang mungkin diraih.Nampaklah di sini kehendak Allah swt yang menjadi rahasia semenjak azali
bahwa bani Adam diuji dengan kemudahan-kemudahan,
berupa harta yang melimpah, anak yang banyak, bumi subur menghijau dengan memberikan hasil-hasilnya.
Sebagaimana juga takdir Allah swt berlaku,yaitu manusia bukan hanya umat yang satu, bahkan harus beragam dan banyak.
Ada perbedaan pandangan dan keinginan, model dan penciptaan, bahagia dan sengsara.Maka Allah swt mewahyukan kepada bapak manusia untuk menikahkan anak mudanya secara silang.
Adam alaihis salam melaksanakan perintah Allahdan menyampaikannya kepada anak-anaknya
dengan harapan bahwa keputusan ini menjadi penengah bagi mereka.Dorongan hasrat jiwa adalah sikap ambisi dan tamak.
Namun barangsiapa yang mampu mengendalikan dorongan gelora syahwatnya
dan mampu menjadikan akalnya sebagai pengendali hawa nafsunya,
maka ia menjadi orang yang dimuliakan Allah swt di dunia dan akhirat.
Adapun siapa yang tunduk di bawah kendali syahwatnya.
Akalnya bertekuk lutut dikalahkan nafsunya,
maka ia termasuk kelompok orang-orang yang merugidan tersesat jalan hidupnya, meskipun ia mengira perbuatan itu baik.Setelah Adam alaihis salam menyampaikan wahyu Tuhannya dan memutuskan pernikahan anak-anaknya,
seketika itu Qabil menolak.
Ia tidak menerima keputusan ayahnya (red: murabbi), karena calon istrinya tidak secantik calon istri saudaranya.
Calon istrinya tidak seperti yang diinginkannya.
Dia masih berharap agar saudari kembarnya yang akan menjadi istrinya.Kecantikan fisik masih menjadi sumber masalah yang siap melumat jiwa manusia dan mewariskan kerusakan.Habil telah menunaikan bagiannya dan benar dalam prosesnya, yaitumenerima keputusan ayahnya dan ikhlas dalam menjalankan qurbannya, dst.........
Allahu a'lam
*penulis adalah koordinator dept. kaderisasi KAMMI komisariat IAIN-SU
Label: ruhiyah


